Memuat…
Februari digunakan untuk menjadi bulan penutup tahun selama Kekaisaran Romawi. Foto/iStock
JAKARTA – Sebelum ada 12, tahun hanya dibagi menjadi 10 bulan berjumlah 304 hari, mulai bulan Maret dan berakhir bulan Desember. Namun, perhitungan tersebut dianggap tidak tepat hingga Kaisar Romawi Numa Pompilius pada tahun 700 SM menambah jumlah bulan dari 10 menjadi 12 bulan. bulan Februari menjadi bulan penutup tahun ini.
Februari berasal dari nama festival konsekrasi Romawi, Februa. Festival ini biasanya diadakan pada tanggal 15 setiap bulannya. Nama Februa mengacu pada upacara salah satu suku Romawi kuno, Sabines.
Baca juga: Sejarah Bom Nuklir
Dengan penambahan bulan ini, hari dalam setahun juga bertambah, dari hanya 304 hari menjadi 354 atau 355 dengan perhitungan sebagai berikut:
Martius (Maret) 31 hari
Aprilis (April) 29 hari
Maius (Mei) 31 hari
Junius (Juni) 29 hari
Quintilis (Juli) 31 hari
Sextilis (Agustus) 29 hari
29 September hari
Oktober (Oktober) 31 hari
Tanggal 29 Nopember
Desember (Desember) 29 hari
Januari (Januari) 29 hari
Februari (Februari) 29 hari
Adalah Julius Caesar, kaisar Romawi yang menentukan bahwa 1 tahun ada 365 atau 366 hari, yang setiap 4 tahun disebut tahun kabisat. Perubahan ini dilakukan karena menurut Caesar, perhitungan Numa Pampilius masih kurang tepat. Julius Caesar menetapkan bahwa Februari memiliki 29 hari dan tahun kabisat memiliki 30 hari.
Masa kepemimpinan terus berganti, kemudian Julius Caesar digantikan oleh Caesar Augustus. Ia mengubah nama bulan Sextilis menjadi Augustus untuk melestarikan namanya. Ia juga mengubah bilangan Augustus dari 30 hari menjadi 31 hari. Penjumlahan tersebut diambil dari bulan Februari hingga Februari hanya memiliki 28 hari dan 29 hari dalam satu tahun kabisat.
Tahun terus berganti dan Kalender Romawi menunjukkan kesalahannya lagi. Hal ini kemudian dikoreksi oleh Paus Gregorius XIII yang merupakan kepala gereja Katolik di Roma (1582). Setelah dikoreksi, Paus Gregorius memutuskan awal tahun diubah menjadi 1 Januari dan bulan Desember sebagai akhir seperti yang kita kenal sekarang.
(uh)