liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138
Kisah Jenderal TB Simatupang Tidak Akur dengan Presiden Soekarno

Kisah Jenderal TB Simatupang Tidak Akur dengan Presiden Soekarno

memuat…

TB Simatupang (ketiga kanan) adalah pahlawan nasional. Foto DOC ist

JAKARTA – TB Simatupang adalah pahlawan nasional. Ia sendiri pernah menduduki pimpinan tertinggi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia setelah Jenderal Soedirman wafat.

Karier militer Tahi Bonar Simatupang dimulai ketika ia bergabung dengan Koninklijke Militaire Academie (KMA) Bandung pada tahun 1940.

TB Simatupang baru bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) setelah kemerdekaan Indonesia tahun 1945.

Pada masa perang kemerdekaan, Simatupang ikut bergerilya dengan mengisi posisi Kepala Organisasi Staf Umum Mabes Angkatan Darat oleh Kepala Staf TNI Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo.

Simatupang juga satu-satunya pejabat yang terlibat dalam perundingan dengan Belanda dari tahun 1946 hingga akhir tahun 1949.

Selain kisah kepahlawanannya dalam mempertahankan persatuan dan kesatuan negara, salah satu hal yang paling populer tentang TB Simatupang adalah ketidaksetujuannya dengan Presiden Soekarno.

Perselisihan ini bermula dari keputusan Soekarno untuk tetap berada di Yogyakarta saat Belanda melancarkan Agresi Militer Kedua pada 19 Desember 1948.

Padahal sebelumnya Presiden pertama Indonesia pernah mengatakan akan ikut gerilya. Karena itu, Simatupang telah menyiapkan satu batalyon yang siap mengawal Soekarno. Namun yang terjadi, Soekarno justru lebih memilih ditangkap Belanda.

Selain itu, Simatupang juga berpesan agar Soekarno tidak mengenakan seragam militer dalam berbagai kegiatan. Ini untuk memberi contoh dengan terus memakai pakaian sipil.