Memuat…
JAKARTA – Departemen Kehakiman Amerika Serikat menggugat Google atas dugaan praktik monopoli dalam bisnis periklanan. Cara Google mendominasi iklan dinilai telah merusak ekosistem periklanan di Amerika Serikat.
Monopoli Google juga merugikan industri periklanan, konsumen, dan pemerintah Amerika Serikat. Karena cara Google menghilangkan persaingan dilakukan dengan tidak benar.
Google menghilangkan persaingan dengan menetralkan atau menghilangkan pesaing di pasar periklanan online melalui akuisisi. Mereka juga memaksa pengiklan untuk menggunakan produk mereka dengan mempersulit penggunaan penawaran pesaing.
Jaksa Agung Merrick Garland mengatakan Google telah mempraktikkan metode ini selama 15 tahun. Hal itu berhasil meredam munculnya pesaing Google.
“Mereka menghambat inovasi, merugikan produsen dan pekerja, dan meningkatkan biaya konsumen,” kata Jaksa Agung Merrick Garland.
Baca juga: Hilang 10 Tahun Lebih, Suzuki Akhirnya Kembalikan Grand Vitara Bulan Depan
Jadi berapa banyak keuntungan iklan yang sebenarnya diterima Google sejauh ini? Platform digital Oberlo, dengan mengolah data dari eMarketer, telah melaporkan total pendapatan iklan yang diperoleh Google sejak 2019. Termasuk potensi keuntungan iklan pada 2023 dan 2024.
Hasilnya pendapatan iklan Google sangat besar. Pada tahun 2019 pendapatan iklan mereka mencapai USD 41,80 miliar atau setara dengan Rp 623,9 triliun,
Angka itu bahkan terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2020, angka pendapatan akan menjadi USD 44,06 miliar atau mencapai Rp 657,6 triliun. Begitu juga di tahun 2021 dan 2022.